Pendidikan di Pulau Abang Kecil
"Optimalisasi kualitas SDM masyarakat Kecamatan Galang di wilayah Hinterland melalui peningkatan dan pengembangan prasarana, sarana, dan SDM di bidang pendidikan dan kesehatan"
Itulah tema KKN di Pulau Abang kali ini. Terfokus pada pengembangan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan. Pada dasarnya, pendidikan merupakan pondasi penting untuk sebuah proses pembangunan suatu wilayah. Sumber daya manusia yang unggul akan sangat mendukung proses pengembangan wilayah. Hal itu karena SDM berkualitas diharapkan memiliki ide-ide kreatif sehingga mampu mengorganisasikan dan mengoperasikan segala sesuatu untuk kepentingan pembangunan.
Pendidikan dapat diperoleh dari mana saja, baik dari lembaga nonformal, informal, dan formal. Pendidikan pertama didapat dari keluarga. Keluargalah yang memiliki peran penting untuk membangun mindset seorang anak. Kemudian, anak-anak akan mendapatkan pendidikan di lembaga pendidikan, yaitu sekolah. Melalui sekolah, anak mendapatkan pengetahuan baru dan bersosialisasi dengan teman-temannya. Dengan begitu, anak akan mulai belajar membangun relasi dengan orang lain sebelum akhirnya naik ke jenjang yang lebih tinggi yaitu perguruan tinggi. Setelah menempuh pendidikan di perguruan tinggi, akan dihadapkan langsung dengan dunia kerja. Nah, di dunia kerja inilah semua orang akan mengaplikasikan ilmu yang didapatkannya untuk keperluan pengembangan suatu wilayah guna mendukung pembangunan berkelanjutan.
Maka dari itu, tak heran jika pendidikan menjadi isu penting yang terus-menerus dikembangkan. Karena hal itu pun tak lepas dari alasan sebagai upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia untuk menghasilkan generasi berkualitas.
Pulau Abang masih memiliki masalah di bidang pendidikan. Isu pertama yang saya dengar sebelum akhirnya bergabung dalam tim ini adalah "tingkat kualitas SDM yang rendah, dan tidak adanya SMA". Jika ingin melanjutkan sekolah di tingkat SMA harus keluar pulau terlebih dahulu. Dan hal itu tentunya menjadi tantangan tersendiri. Tidak semua orang berniat melanjutkan sekolah karena tidak mau melawan tantangan tersebut.
Kabarnya, sekolah di Pulau Abang SD-SMP satu atap. Dan benar saja, tulisan SDN 020-SMPN 24 Satu Atap masih terpampang di antara lantai 1 dan 2. Anak-anak berlarian terlihat senang ketika bermain bersama teman-temannya. Suara bising anak-anak justru menjadi simbol bahwa mereka antusias untuk ke sekolah. Sekolah yang letaknya menjadi satu dengan kompleks pemukiman membuat seolah tidak ada bedanya antara rumah dan sekolah.
Anak-anak sangat senang ketika ada kakak-kakak KKN datang ke sekolah. Mereka langsung menghampiri bahkan ketika kami baru sampai di gerbang depan. Seketika mereka mengajukan permintaan untuk masuk ke kelas mereka dan mengajari hal-hal baru. Tentu saja, kami harus siap menghadapi anak-anak yang jumlahnya tidak sedikit itu. Meskipun jumlah murid SD hanya 127 anak dan SMP sebanyak 56 anak, jumlah segitu sudah membuat kami kewalahan karena mereka sangat hiperaktif satu sama lain. Masing-masing anak ingin mendapatkan perhatian yang menonjol sedangkan kami harus membagi sama rata untuk menghindari pertengkaran. Kami pun mendapat pengalaman baru dan pelajaran baru ketika mengajar di sini.
Namun demikian, sekolah ini juga memiliki tantangan tersendiri terutama bagi para guru.
"Mengajar di sini itu sama artinya dengan sebuah pengabdian. Saya sendiri bukan warga sini, saya datang dari Jawa yang dikirim untuk sebuah pengabdian masyarakat. Setelah sampai di sini, saya langsung mengerti makna sebuah pengabdian tersebut. Karena memang kondisi di sini sangat memprihatinkan, baik itu dari kondisi sosial, lingkungan, dan masyarakatnya yang masih tertinggal dari daerah lain. Hal itu pun berdampak pada anak-anak. Seperti minat belajar yang rendah, dan tingkat pemahaman relatif rendah pula. Maka dari itu, tak heran jika anak-anak yang memiliki minat untuk melanjutkan sekolah ke luar pulau ini bisa dihitung jari", jelas Bu Atika sebagai salah satu guru di sini.
Tidak hanya itu, sekolah ini juga masih memiliki kendala administratif. Awalnya, sekolah ini berdiri pada masa orde baru yaitu sebagai salah satu sekolah Inpres. Bangunan tua atas nama sekolah dasar ini pun mengalami pengembangan dengan mulainya pengadaan sekolah menengah pertama (SMP) jarak jauh. Meskipun pembelajaran dilaksanakan di sekolah ini, namun segala administrasi dan kegiatan ujian bergabung dengan sekolah lain di pulau lain. Barulah tahun 2013, SMP ini memiliki administrasi sendiri dengan membentuk satu kesatuan dengan sekolah dasar yaitu menjadi Sekolah Satu Atap SDN 020 - SMPN 24 Kota Batam.
Selanjutnya, baru-baru ini sudah tidak satu atap lagi secara administratif, meskipun bangunannya masih dalam satu kompleks. Hal inilah yang menimbulkan permasalahan untuk administrasi SMP. Permasalahan utama adalah tidak adanya kepala sekolah resmi secara tertulis untuk SMP. Dan hal ini pun menjadi kendala utama SMP terkait administrasi dan kurikulum pendidikan. Di saat sekolah lain sudah mengikuti kurikulum merdeka, sekolah ini masih berjalan dengan kurikulum lama.
Itulah sebagian kecil permasalahan pendidikan di Pulau Abang. Mengingat pendidikan adalah aspek utama yang harus dikembangkan guna meningkatkan kualitas sumber daya manusia, maka sudah seharusnya pihak-pihak terkait seperti pemerintah Kota Batam turun tangan untuk memberikan solusi pada masalah ini.
“Saya sudah mengajukan permasalahan ini ke Pemko Batam, dan sudah di proses. Harapan saya, semoga masalah pendidikan terkait sekolah di sini segera terselesaikan. Jika hal itu sudah terlaksanakan dengan baik, besar harapan saya sekolah dapat berjalan lebih baik”, kata Pak Rahmad selaku anggota DPRD Kota Batam dari Pulau Abang.